Minggu, 16 April 2017

MAKALAH
PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAAN
“PERANAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN DALAM AGROINDUSTRI, IPTEK, DAN PEMBANGUNAN NASIONAL”


DOSEN PENGAMPUH:
Ir. Surhaini S.tp, M.P

Disusun oleh :
ANGRA ASMINDRA P
NIM : J1A116060

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

Daftar isi

Kata pengantar........................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................1
2.1 Teknologi Hasil Pertanian.................................................................................1
2.2 Pernan Teknologi Hasil Pertaniaan dalam Agroindustri.........................1
2.3 Peranan Teknologi Hasil Pertaniaan dalam pembangunann nasional
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka



KATA PENGANTAR
Puji sukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Peranan THP dalam Agroindustri, IPTEK, dan Pembangnan Nasional dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Surhaini, S.tp, M.P selaku Dosen mata kuliah Pengantar Teknologi Pertanian UNJA yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai peranan THP dalam agroindustri, IPTEK, dan pembangunan Nasional. Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kedepanya.
Semoga makalah sederhan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berguna bagi saya sendiri dan orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Muaro Jambi, 2 Desember 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pertanian merupakan salah satu usaha yang bisa menunjang kehidupan masyarakat dalam kehidupan yang saat ini memang telah banyak digeluti oleh masyarakat kecil maupun masyarakat tingkat sedang.Namun, sebagian besar masyarakat kecil masih terhambat oleh kurangnya pengembangan teknologi yang memang sangat dibutuhkan sekarang sebagai pembantu dalam mengelolah lahan petanian maupun hasil-hasil pertanian.Keterbatasan inilah yang sekarang menjadi bahan untuk dipecahkan bersama-sama guna membantu para petani dalam mengembangkan usahanya dalam bertani.
Kemudian selain dari pada itu, pengembangan teknologi juga dibutuhkan sebagaipembaruan dari usaha tani tradisional guna lebih meningkatkan lagi produktivitas hasil pertanian.Usaha yang telah dilakukan dalam mengembangkan usaha tani juga memang penting karena pengembangan teknologi dalam bidang usaha pertanian ditujukan agar dapat membantu para petani dalam mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi sebagaimana yang diharapkan oleh semua petani.
Pengembangan teknologi dalam bidang pertanian tentunya harus dilakukan dengan memperhatikan sistem pertanian yang digunakan yang didalamnya mencakup berbagai macam cara dalam mengembangkan hasil pertaian selain daripada teknologi.
Teknologi adalah “berbagai upaya yang dilaksanakan manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik“. Dari defenisi tersebut di ketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga sering berdampak negative bagi suatu usaha, system, atau lingkungan. Sebagai contoh eksploitasi hutan dengan teknologi mekanis sehingga dapat di lakukan cepat dan dalam ukuran yang sangat luas dapat merugikan ekosistim hutan itu sendiri, bahkan dapat merugikan wilayah lain yang bertetangga dengan daerah hutan tersebut. Padahal harapan dampak positif dari eksploitasi hutan maupun pembukaan lahan hutan menjadi wilayah perkebunan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya.
Teknologi semakin harinya semakin berkembang tidak hanya disektor tekstil, elektronik, dan juga disektor lainnya, namun sektor pertanian juga dapat merasakan perkembangan teknologi. Teknologi yang diterapkan tidak hanya berupa mesin-mesin pertanian, tapi bagaimana hasil pertanian dapat berproduktivitas tinggi, baik melalui cara tanam, pola tanam, manajemen pengairannya, dan sebagainya. Tidak sampai disitu saja, teknologi yang diterapkan juga bergerak disektor pengolahan hasil-hasil pertanian. Bagaimana kita menciptakan nilai tambah dari produk-produk pertanian sehingga para petani juga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Dengan tingginya produktivitas dan pendapatan petani pembangunan pertanian secara otomatis juga akan meningkat dan devisa negara juga akan meningkat. Teknologi juga dapat menciptakan ketahanan pangan untuk Indonesia melalui diversifikasi pangan, intensifikasi lahan-lahan yang semakin hari semakin berkurang, serta merehabilitasi lahan-lahan yang sudah tidak produktif lagi. Sehingga lahan-lahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani untuk lahan pertanian agar pangan dalam negeri terpenuhi dan tercukupi.
Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya: sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainya. Di era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam perumusan permasalahan dan kebijakan pembangunan pertanian. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi diharapkan akan mampu menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan pertanian, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.`
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana teknologi hasil pertanian di Indonesia?
2. Bagaimana keadaan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaiman peranan pemerintah dibidang IPTEK?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami dan mengerti bagaimana keadaan teknologi hasil pertaniaan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui keadaan ekonomi Indonesia sekarang.
3. Untuk mengetahui peranan IPTEK dalam teknologi hasil pertaniaan dan peranan pemerintah.
4. Sebagi tugas akhir semester satu mata kuliah Pengantar Teknologi Pertanian.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Hasil Pertaniaan
Bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam, makadari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk. Karakteristik dari suatu bahan hasil pertanian sangat penting untuk klasifikasi standar bentuk dan ukuran. oleh karena itu dibuatlah suatu standar yang telah disepakati bersama untuk mempermudah penanganan dan pengolahan produk tersebut. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian, yaitu: bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda geometri tertentu (Sandira Ari, 2015).
Karakteristik fisik hasil pertanian akan mempengaruhi bentuk dan ukuran berat atau volume. Konsumen tertentu memiliki penerimaan (Aseptabilitas) tertentu mempertimbangkan karakteristik fisik.Bentuk, ukuran berat dan warna yang seragam menjadi pilihan konsumen.untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik watak atau sifat teknik bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis. Buah – buahan adalah jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari. (Sandira Ari, 2015).
Kedua bahan pangan tersebut memiliki beberapa sifat yang sama, yaitu mudah rusak karena mempunyai tekstur lunak, kadar air (KA) tinggi, adanya komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif. Hal tersebut di indikasikan oleh adanya perubahan-perubahan fisiologis secara spontan yang disertai perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi maka dari itu, perlu diketahui cara-cara penanganan untuk mempertahankan mutunya melalui proses pengolahan lebih lanjut. Tidak semua bagian buah-buahan dapat dimakan untuk memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan yang terbuang dari buah-buahan perlu diketahui jumlah bagian yang biasa dimakan (Edible Portion) dari buah-buahan tersebut. (Sandira Ari, 2015).
Jumlah masing-masing komponen dari setiap jenis buah–buahan sangat berbeda tergantung dari sifat alamiah bahan tersebut. Pengukuran sifat kimia buah –buahan biasanya ditetapkan secara obyektif kuantitatif. Sifat fisik
buah–buahan yang sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran, dan kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari, sifat-sifat fisis ini diamati secara subjektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif dengan menggunakan timbangan.Sedangkan uji coba kimia dapat dilakukan terhadap pH, total asam, padatan terlarut (Soluble Solid) dan vitamin C. (Sandira Ari, 2015).

Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian sebagai objek formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntutan industri, terutama di negara maju.Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan.
Teknologi pangan merupakanpenerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi, pengolahan,distribusi, penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu pangan,kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan dan teknik proses Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan.
1. Manfaat teknologi pangan
Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba.Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia.Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia.Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.Pemanfaatan ilmu teknologi dalam bidang panganPada zaman yang serba canggih ini, perkembangan teknologi tumbuh dengan sangat pesat. Penguasaan terhadap teknologi komunikasi maupun informasi harus kita miliki dan pahami, jika tidak mau terlindas dan tergerus era yang kaya akan kompetisi. Semakin canggih teknologi, kebutuhan akan memahami teknologi semakin besar, apalagi teknologi informasi maupun komunikasi ini dapat memberikan kemudahan yang begitu besarnya dalam segala bidang, seperti dalam bidang pendidikan, perbankan, kedokteran, industri, pertanian dan sebagainya.
Teknologi informasi sangat banyak membawa kemudahan dan keuntunga tersendiri bagi masing-masing bidang.Salah satu contoh teknologi informasi komunikasi adalah internet.Dengan adanya internet, kita bisa menjelajah dunia tanpa batas.Melalui internet juga kita bisa tau segala informasi yang tersebar di seluruh dunia pun dapat kita lihat dengan mudahnya.Hal ini mengakibatkan, kerja kita lebih efektif dan efisien.
Salah satu contoh lainnya yaitu di bidang Pertanian, Pertanian merupakan salah satu bidang yang perkembangan teknologinya cukup pesat. Walaupun sekarang banyak muncul perkembangan dalam bidang pertanian, akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum paham akan pengaplikasian teknologi, terutama pada masyarakat pedesaan. Namun, jika kita mampu untuk mengaplikasikanya, Ilmu Teknologi akan menjadi sumber manfaat bagi kita.
Berbagai macam kontribusi diberikan oleh ilmu teknologi demi kemajuan dalam bidang pertanian, khususnya dalam teknologi pangan saat ini. Salah satu manfaatnya yaitu sebagai sarana mempermudah proses produksi maupun proses pengolahan pangan. Dengan adanya komputer, proses produksi akan menjadi lebih efektif dan efisien. Sangat berbeda dengan jaman saat teknologi masih minim, semua dikerjakan oleh manusia secara manual. Hal itu akan membuat kerja menjadi kurang efektif dan hanya membuang tenaga serta waktu.
Teknologi pangan merupakan suatu bagian dari proses pertanian industri. Proses dari pertanian industri antara lain, budidaya tanaman, panen, pasca panen, pengangkutan, pengolahan pangan, pengemasan, penyimpanan dan sebagainya. Tahap demi tahap menghasilkan suatu produk makanan yang berkualitas memerlukan informasi, baik dari segi bahan baku, cara pengolahan, maupun cara pengemasannya. Setiap sistem yang diterapkan untuk mendapatkan informasi, harus menghasilkan suatu bentuk output yang akurat dan lengkap dengan memperhatikan efisiensi waktu serta mudah diakses. Ilmu teknologi yang diterapkan dapat berupa pengolahan, pertukaran serta pengelolaan data menjadi suatu informasi.




2. Manfaat dari ilmu teknologi dalam bidang pangan antara lain:
a. Dapat dijadikan sarana penunjang kreatifitas bagi produsen yang ingin membuat desain-desain produk pangan terbaru.
b. Dengan perkembangan ilmu teknologi, komputer dapat mendukung dengan berbagai macam software yang dibutuhkan dalam pengolahan pangan.
c. Komputer dapat digunakan sebagai pengawas keadaan dari zat-zat kimia dari produk yang akan diolah, sehingga produsen dapat memantau dengan mudah apa yang akan ia produksi.
d. Dari segi pengemasan, mesin-mesin khusus digunakan untuk membuat kemasan dan mengotomatisasi proses ini untuk memaksimalkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi.
e. Iklan serta publikasi produk-produk yang diolah. Jika kita menggunakan luasnya jaringan IT, akan lebih mudah memasarkannya.
3. Keadaan pangan di Indonesia
Kondisi ketahanan pangan indonesia pada saat ini semakin memburuk, dikarenakan beralih fungsinya lahan pertanian di indonesia. pemerintah indonesia seharusnya lebih sensitif terhadap kondisi ini, bukan hanya permasalahan lahan, seperti yg diposting FAO (Food and Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain. Belum lagi adanya Washington Consensus yang kini menjadi boomerang bagi Indonesia.Selama Indonesia masih berkiblat pada Konsensus Washington, selama itu juga Indonesia tidak bisa mandiri secara pangan. Menurut Herry Priyono, Konsensus Washington membuat Rakyat Indonesia tak leluasa bergerak dalam menentukan nasib produktivitas pertaniannya. Maka, tak heran jika ketahanan pangan Indonesia lemah. Tidak heran jika rakyat yang miskin di Indonesia malah semakin miskin dan akan ada banyak yang kehilangan pekerjaan. Akibat Konsensus Washington, liberalisasi pasar akan menguasai cara pasar Indonesia. Akibat Konsensus Washington, privatisasi beberapa perusahaan Negara diberlakukan sebagai jalan untuk mengatasi krisis Negara.Ironis. Menurut situs web resmi Serikat Petani Indonesia, Kedaulatan pangan merupakan prasyarat dari ketahanan pangan (food Security). Mustahil tercipta ketahanan pangan kalau suatu bangsa dan rakyatnya tidak memiliki kedaulatan atas proses produksi dan konsumsi pangannya. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa dan rakyat untuk dapatmempunyai hak dalam menentukan makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang dijalankannya, kapasitas produksi makanan lokal di tingkat lokal dan perdagangan di tingkat wilayah.



2.2 Pernan Teknologi Hasil Pertaniaan dalam Agroindustri
Pengembangan agroindustri di perdesaan berbasis ekonomi pertanian saat ini menjadi penting untuk mendapatkan prioritas terutama diera revitalisasi pertanian. Hal ini mengingat kemampuannya memberikan nilai tambah pada produk, terciptannya kemandirian pangan, pangsa pasar sangat luas, memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu, on farm maupun ke hilir (forward and backward linkages) sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor lainnya. Namun demikian, salahsatu kendala dalam pengembangan agroindustri di perdesaan adalah keberadaan sumber daya kelembagaan yang telah berkembang di masyarakat sangat kurang. Keberadaan dan peran institusi lokal cenderung surut sejalan dengan menurunnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akibat pola pembangunan masa lalu yang cenderung sentralistik. Dengan paradigma pembangunan agribisnis dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat maka peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan agribisnis menjadi fokus utama pembangunan.
Salah satu contoh kelembagaan/institusi yang masih berkembang, mengakar, dan mandiri di masyarakat (LM3) adalah lembaga keagamaan, seperti pondok pesantren (ponpes). BPTP Maluku Utara bekerjasama dengan ponpes. Haritsul Khoiraat Tidore mengembangkan agroindustri tanaman pangan dan hortikultura dengan bantuan LM3 dari Departemen Pertanian. Tanaman pangan dan hortikultura dijadikan target pengembangan karena sasaran yang ingin dicapai adalah pemenuhan kebutuhan pangan/kebutuhan pokok secara mandiri, diharapkan menjadi agen perubahan pertanian tanaman pangan dan horti serta merangsang tumbuhnya usaha agribisnis dan agroindustri di lingkungan ponpes.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Malut berhasil mengembangkan pola pertanaman lorong jagung varietas Srikandi kuning dengan tanaman buah (mangga) di program Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Ponpes Harisul Khairaat Tidore. LM3 merupakan bantuan dari Departemen Pertanian R.I. berupa bantuan dana agribisnis dengan pengawalan pendamping teknologi. Keberhasilan ini ditandai dengan pemanenan jagung perdana oleh Bpk Walikota Tikep, Achmad Mahifa dan pimpinan Ponpes, KH.Zainal Abidin Ali tanggal 17 Juni lalu, pada lahan 1,5 ha.
Pola pertanaman yang dikembangkan adalah penanaman tanaman jagung varietas Srikandi kuning di antara mangga. Menurut peneliti BPTP Malut yang mendampingi, Wawan Sulistiono, SP.,MP., sistem ini menggabungkan dua model tanaman berjangka panjang dan pendek. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi resiko gagal panen, dikenal dengan penanaman lorong (Alley cropping). Varietas jagung Srikandi Kuning yang digunakan memiliki banyak keistimewaan antara lain: (1) merupakan jagung QPM (quality protein maize) memiliki mutu komponen protein yang tinggi, terutama lysine, tryptophan, dan asam amino lainnya, dua kali lebih tinggi dari jagung biasa. Hal ini penting untuk pertumbuhan otak anak dan bayi, (2) toleran kekeringan, tahan rebah, tahan hama penyakit (bulai, karat daun dan busuk tongkol), (3) produksi tinggi 8 ton/ha dengan umur panen 95 hari.
Keberhasilan ini juga atas kerjasama dengan penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Oba Utara, pendamping LM3, Mokhtar Kaufua, SP. Model ini dapat direplikasi di daerah lainnya di Maluku Utara. Selain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, Srikandi Kuning bermanfaat untuk mencerdaskan anak bangsa begitu harapannya kepala BPTP Malut, Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA.
2.3 Peranan Teknologi Hasil Pertaniaan dalam pembangunann nasional
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan dan distribusi pangan serta subsistem konsumsi.Ketersediaan dan distribusi memfasilitasi pasokan pangan yang stabil dan merata ke seluruh wilayah; sedangkan subsistem konsumsi memungkinkan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup dan memanfaatkannya secara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggotanya.Dengan demikian, ketahanan pangan adalah isu di tingkat wilayah-wilayah hingga tingkat keluarga, dengan dua elemen penting yaitu ketersediaan pangan dan akses setiap individu terhadap pangan yang cukup.
Ketersediaan pangan terkait dengan usaha produksi pangan, distribusi dan perdagangan termasuk penyelenggaraan cadangan, ekspor dan impor.Akses penduduk terhadap pangan terkait dengan kemampuan produksi pangan di tingkat rumah tangga, kesempatan kerja dan pendapatan keluarga. Dalam kaitan ini, pangan bukan hanya beras atau komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedele), tetapi mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan, baik produk primer maupun turunannya.
Dengan demikian pangan tidak hanya dihasilkan oleh pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, tetapi juga oleh industri pengolahan pangan. Selanjutnya, pangan yang cukup tidak hanya dalam jumlah tetapi juga keragamannya, sebagai sumber asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral); untuk pertumbuhan, kesehatan, daya tahan fisik, kecerdasan dan produktivitas manusia.
Begitu banyak kepentingan bermain di dalam ketahanan pangan ini sehingga program-program dalam rangka ketahanan pangan seringkali menjadi parsial dan belum membentuk orkestra kegiatan yang harmonis.Padahal wadah untuk memainkan simfoni yang harmonis telah tersedia, yaitu Dewan Ketahanan Pangan yang diketuai oleh Presiden.Simfoni harmonis dapat dimainkan oleh orkestra Dewan Ketahanan Pangan jika memiliki partitur yang optimal berdasarkan segenap potensi yang ada dari semua sektor yang terlibat.Salah satu penyebab masih parsialnya program-program ini adalah belum jelasnya indikator-indikator tingkat impactdari setiap subsektor dalam mencapai status gizi yang optimal sebagai muara dari ketahanan pangan yang kuat.
Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan juga telah mengamanatkan, bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Kebersamaan ini diformulasikan dengan sangat baik dalam pernyataan berikut, ”Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal, dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan gizi, baik jumlah maupun mutu yang dibutuhkan pada harga yang terjangkau, dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani/nelayan serta produksi yang diatur dengan undang-undang”.
Dalam mencapai tujuan tersebut di atas terjadi pembagian peran dan tanggung jawab berbagai pihak yang berkepentingan.Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.Selanjutnya, masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi, serta sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang aman dan bergizi. Dalam perspektif inilah masyarakat bisnis turut bertanggung jawab dalam membangun ketahanan pangan termasuk di dalamnya penumbuhan kegiatan ekonomi yang menimbulkan income dan meningkatkan akses ekonomi terhadap pangan serta mendukung upaya diversifikasi pangan.
Peran serta masyarakat termasuk industri dan bisnis menjadi lebih penting lagi dalam era otonomi daerah dengan segala variasi yang ada. Harus diakui bahwa keragaman ekologi, biodiversitas, budaya dan sosial belum berhasil digunakan secara optimal dalam menggerakkan ekonomi masyarakat lokal. Basis inilah yang harus digunakan dalam mengembangkan agroindustri pangan lokal agar dapat menggerakkan kegiatan ekonomi dan menciptakan pendapatan pada satu sisi serta sebagai wahana diversifikasi pangan pada sisi yang lain.
Berangkat dari kerangka di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran tentang peran teknologi dalam membangun ketahanan pangan. Penekanan akan dilakukan terhadap peran teknologi pangan dalam rangka pengembangan nilai komoditi di sepanjang rantai nilainya. Oleh karena itu pembahasan dimulai dengan pengertian-pengertian dasar, kerangka pengembangan dan pelajaran dan pengalaman yang dapat ditarik berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan hingga saat ini.
Rantai Nilai, Sumberdaya Lokal dan Peran Teknologi
Rantai nilai dan keseluruhan nilai tambah di sepanjang rantai merupakan penggerak dasar hampir semua jenis bisnis.Adanya nilai tambah inilah yang menarik para investor untuk menanamkan modalnya.Secara matematis, nilai tambah merupakan selisih antara harga dengan seluruh ongkos produksi, karena nilai tambah ditimbulkan oleh seluruh faktor produksi.Dengan makin ketatnya persaingan bisnis, maka dunia usaha selalu mencari keunggulan kompetitif berdasarkan nilai tambah yang diciptakan.
Penumbuhan rantai nilai dengan berbasiskan kepada potensi lokal merupakan strategi jitu untuk menggerakkan ekonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya. Nilai tambah yang didapat inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat setempat.Era otonomi daerah dan keragaman potensi di Indonesia makin membuka peluang dilaksanakannya strategi ini.Kerangka pikir ini seyogyanya mendasari penguatan peran teknologi dalam memperkuat ketahanan pangan.
Dengan demikian seluruh potensi lokal diramu sedemikian rupa sehingga menguatkan agroindustri yang dibangun di daerah tersebut. Istilah lain yang juga sering dikaitkan dengan potensi/sumberdaya lokal adalah indigenous resources yang didefinisikan sebagai “set of knowledge and technology existing and developed in, arround and by specific indigenous communities (people) in an specific area (environment)”. Dengan kata lain, seluruh sumberdaya lokal / indigenous resources dioptimalkan untuk (1) menggerakkan ekonomi masyarakat dalam rangka meningkatkan akses ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan pendapatan serta (2) meningkatkan keragaman konsumsi melalui berbagai menu yang dikembangkan dari bahan tersebut.
Teknologi dapat berperan sebagai penghela tumbuhnya agroindustri pangan lokal yang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat dan diversifikasi pangan secara simultan. Secara skematis hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas saya dapat menyimpulkan bahwa teknologi hasil pertaniaan sangat berguna/ berperan dalam agroindustri, IPTEK dan pembangunan Nasional. Namun dalam penggunaan/ pemanfaatannya masih sangat kurang terutama dalam penggunaan IPTEK oleh masyarakat lokal, sehingga dapat menghambat pembangunan di desa dan mengakibatkan pembangunan Nasional lambat berkembang.
3.2 Saran
Untuk segalah aspek pemerintah hendaknya selalu mendukung masyarakat dalam pengembangan pengolahan hasil pertanian dengan cara menyediaakan alat pengolahaan hasil pertaniaan di desa desa dan memberikan masyarakat kesempatan yang luas dalam penggunaan alat yang disediaakan tanpa adanya batas batasan.

















Daftar pustaka
Sandira Ari .2015. “Sifat–Sifat Hasil Pertanian”. Diakses dari www.blogspot.com
pada 29 Maret 2015
https://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/04/30/pemanfaatan-teknologi-dalam-pembangunan-ketahanan-pangan/
http://www.kompasiana.com/akbaranwari/kondisi-ketahanan-pangan-indonesia-saat-ini_54f74afda33311e32b8b4567
http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html
http://www.budidayapetani.com/2015/06/pengertian-pertanian.html
http://teknologipenangananhasilpertanianstpp.blogspot.co.id/2015/04/sifat-fisik-hasil-pertanian.html









Tidak ada komentar:

Posting Komentar